Wednesday, September 26, 2012

Kanvas kehidupan



Hidup kita seperti kertas kanvas. Ketika kita menerima Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, kita diberikan selembar kertas kanvas putih dengan kuas dan cat kualitas terbaik. Setelah itu setiap kita diminta untuk melukis model yang ada di depan kita. Model itu adalah Tuhan Yesus sendiri. Seperti seorang artis, hasil gambar kita akan berbeda satu dengan yang lain. Picasso akan menggambar model menjadi kotak-kotak. Leonardo Da Vinci akan menggambar seperti Monalisa, dan seterusnya.

Tidak ada keharusan bagi kita untuk meniru model di depan kita. Apabila kita suka dengan pesawat terbang, mungkin kita dapat melukis gambar pesawat terbang sesuai dengan imajinasi kita. Bahkan tidak ada keharusan kita untuk melukis sama sekali. Seperti apapun hasilnya, akan ada satu waktu akhir dimana hasil gambar kita akan dinilai oleh Sang Hakim Adil. Kriteria penilaian nya akan berbeda satu sama lain. Yang diperhatikan adalah apakah hasil gambarnya sudah mirip dengan model yang diberikan.

Demikian juga dengan hidup kita. Kita "dibebaskan" untuk memilih jalan hidup kita masing-masing, melalui keputusan-keputusan setiap hari yang kita ambil. Tapi seperti setiap goresan kuas akan mendekatkan / menjauhkan diri kita dari model yang harus kita lukis, demikian juga setiap keputusan kita akan mendekatkan / menjauhkan hidup kita dari apa yang Tuhan mau.

Ada yang berkata, bukankah Allah adalah Allah yang baik dan berkuasa? Tentu hasil penilaiannya akan penuh dengan kasih karunia. Well, ingat juga bahwa Ia adalah Allah yang Adil dan Allah yang kudus. Bukankah itu berarti bahwa Ia tidak dapat berkompromi dengan dosa?

Pada akhir hidup kita, apakah kita sudah menggambar Tuhan Yesus pada kanvas hidup kita? Atau kita terlalu santai sehingga tidak menggambar apapun, atau malah menggambar hal-hal lain yang kita senangi?

No comments:

Post a Comment