Sunday, August 4, 2013

Ayo lari..

Yes 40:29-31
29Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang tiada berdaya.

30Orang-orang muda menjadi lelah dan lesu dan teruna-teruna jatuh tersandung,

31tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah.


Hidup ini adalah sebuah lintasan lari, dan kita semua masing-masing adalah pelarinya. Tujuan akhir dari lari adalah Tuhan sendiri, dapat kita lambangkan sebagai matahari sore. Bedanya matahari ini tidak bergerak, dan tidak ada hari malam. Beberapa dari kita berlari untuk sesegera mungkin mencapai matahari itu, sementara yang lain hanya berjalan menuju matahari. Ada juga orang yang duduk-duduk berteduh di samping lintasan lari, hanya duduk ngobrol-ngobrol bahkan lupa bahwa sesungguhnya mereka harus lari untuk mencapai matahari.

Berlari mencapai matahari adalah sesuatu yang mustahil, tapi ada suatu hasrat yang kuat dari dalam diri kita untuk mencapainya. Berlari mencapai matahari juga panas terik, sehingga beberapa menjadi letih dan tidak lagi melanjutkannya.

Ada saat-saat dimana kita menjadi ter-encouraged, yaitu ketika kita melihat pelari lain dan bisa berlari bersama dia walau hanya sesaat. Sesama pelari, walaupun tidak mengenal sebelumnya, tapi ketika bersama memiliki passion yang sama, dapat merasakan suatu 'connection' khusus. Ketika kita share satu sama lain, terpancar energi dan passion yang sama. Marilah kita saling menularkan passion kita kepada pelari-pelari yang Tuhan tempatkan di sekitar kita.

Saat lain yang membuat kita semangat, adalah ketika kita melihat ada pelari lain yang menjadi semangat karena melihat kita berlari. Orang-orang itu adalah orang yang berhasil kita 'tularkan'. Orang-orang yang menjadi terinspirasi. Mereka mungkin adalah orang-orang yang ada di bawah pimpinan kita, atau sesama pelayan bersama kita, atau mungkin secara tidak sadar kita juga telah menularkan pada pemimpin kita. Apapun itu, bukankah kita harus lebih semangat lagi berlari, karena kita dapat menginspirasi satu sama lain?

Terkadang kita menjadi letih sehingga kita berteduh. Tapi berhati-hatilah supaya kita tidak terlalu lama berteduh. Lihatlah orang-orang yang tadinya berlari kencang, tapi sekarang tidak lagi berlari, mereka bukan cuma beristirahat tapi malah membuat rumah di samping lintasan. Mereka beralasan cukup saja berada di samping lintasan lari. Bukankah pada akhirnya tidak ada bedanya lari ataupun tidak lari?

Ketika kita berlari jangan lupa untuk makan dan minum untuk mengembalikan energi kita. Jika kita tidak mengisi energi kita maka kita akan menjadi mudah letih..

Ada juga orang-orang yang menolong pelari tapi mereka sendiri tidak berlari. Ingatkan mereka, tugas utama mereka adalah berlari, jika mereka tidak ikut berlari mereka akan tertinggal.. Ada juga pelari yang hanya mementingkan diri sendiri dan tidak membantu pelari di sampingnya yang sedang jatuh. Ingatkan juga bahwa bukankah kita pun berlari karena ada yang mengajak kita berlari pada awalnya?

Pada akhirnya bukanlah mencapai matahari yang penting, karena sesungguhnya tidak ada orang yang akan dapat mencapai matahari. Tetapi sang Pemberi kehidupan akan menilai segala sesuatu, dan para pelari akan mendapat upah sesuai dengan apa yang pantas diterimanya.

Ketika kita berlari, hendaklah kita berlari sekuat mungkin.
Ketika kita tidak bisa berlari, hendaklah kita berjalan secepat mungkin.
Ketika kita tidak lagi bisa berjalan, kita akan berdiri menghadap matahari.
Ketika kita tidak dapat lagi berdiri, kita akan duduk atau telentang dengan mata menatap matahari.

Engkaulah matahariku. Kesenanganku. Kerinduanku. Bawa aku lebih dekat lagi kepada-Mu...

Saturday, June 1, 2013

Tujuan Hidup


Jika ada yang menanyakan kepada kita, untuk apa sih kita jadi orang Kristen? Apa tujuannya ke gereja, ikut pelayanan dsb? Atau lebih dalam lagi, apa yang menjadi tujuan hidup kita sebagai manusia? Apa yang akan jadi jawaban kita?

Is it simply supaya kita masuk surga, terhindar dari api neraka? Atau biar hidup kita di bumi ini diberkati, seperti di tulisan salah satu kaos.. Muda foya-foya, tua kaya-raya, mati masuk surga?

I can give you my insight, at least what I understand until today.

Bila ditanya apa tujuan kita jadi orang kristen, maka jawabannya adalah supaya kita bisa memenuhi tujuan Tuhan menciptakan kita.

Lalu apa tujuan kita (manusia secara umum) diciptakan Tuhan? Let's go back ke cerita penciptaan awal.

Ketika Tuhan menciptakan manusia pertama, Tuhan memberi perintah pertama: "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan TAKLUKKANlah itu, BERKUASAlah atas ..." Kej 1:28. Tuhan ingin agar manusia menaklukan bumi. Tapi yang ditaklukan bukan cuma alam fisik, melainkan juga alam non-fisik. Karena di bumi ini jauh sebelum manusia diciptakan, ada makhluk pemberontak non-fisik yang juga dilempar ke bumi. Hal yang menarik adalah, dari sekian besar alam semesta (ratusan milyar bintang di galaksi bima sakti, ratusan milyar galaksi di seluruh alam semesta), ternyata iblis dilempar ke bumi (satu planet di salah satu bintang di salah satu galaksi). Dan di planet itu juga diciptakan manusia. Hooo.. ternyata memang Tuhan merencanakan agar manusia clash sama iblis.

Faktor lain yang membuat sampai pada kesimpulan itu adalah pemikiran seperti ini.
Sampai ketika manusia diciptakan ada dua kemungkinan:
1. Tuhan merencanakan manusia (Adam dan Hawa) jatuh dalam dosa.
2. Tuhan tidak merencanakan manusia jatuh dalam dosa, dalam arti Tuhan merencanakan manusia untuk bisa menang dari dosa.

Jika kemungkinan pertama yang benar, maka Tuhan jahat terhadap manusia, karena manusia sudah diberi hukuman mati dari awal.

Sedang bila kemungkinan kedua yang benar, maka ada pertanyaan yang muncul. Jika manusia tidak jatuh dalam dosa, maka Yesus tidak perlu datang ke dunia. Dan jika Yesus tidak datang ke dunia, maka siapa yang mengalahkan iblis? Ternyata yang memiliki tanggung jawab untuk mengalahkan iblis adalah Adam.

Ok.. even kalau ide di atas belum bisa diterima, atau terkesan ide yang baru, kita lanjut ke pemikiran selanjutnya.

Kita asumsi bahwa manusia dirancang untuk mengalahkan iblis, lalu apa relevansinya dengan hidup kita saat ini? Hold this thought, akan dijawab di bawah, kita lanjut cerita penciptaan manusia.

Kita sama2 tahu bahwa manusia pertama ternyata gagal mengalahkan iblis, karena mereka ternyata makan buah pengetahuan yang baik dan jahat, melanggar perintah Tuhan. Mereka dihukum Tuhan, dan di Roma 3:23 dikatakan manusia semua telah berdosa (terjemahan dari bahasa yunani:  meleset) dan kehilangan kemuliaan Allah.

Manusia gagal mencapai tujuan Allah menciptakan manusia.

The end? NO.

Yesus Kristus anak tunggal Allah datang save the day and change history. Dia yang adalah Allah Anak, Anak Tunggal Allah, menjadi manusia, benar2 manusia, lahir dan hidup di bumi ini. Dan dengan hidupnya, Yesus memberi contoh bagaimana hidup yang sebenarnya. Dengan ketaatannya, taat sampai mati di kayu salib, Dia memenuhi tujuan Allah bagi hidupnya. Dengan itu Tuhan Yesus mengalahkan iblis. Dia yang pertama mengalahkan iblis, maka Ia menjadi pokok keselamatan (Ibrani 5:9, author of salvation - bahasa sederhananya: kita selamat gara2 Dia). Dan Tuhan Yesus mengaruniakan kesempatan yang sama untuk kita semua. Itulah keselamatan, yaitu usaha Tuhan untuk mengembalikan manusia ke rancangan semula.
Dengan Tuhan Yesus mati di kayu salib, kita yang telah menerima-Nya, menerima Roh Kudus, dan dimampukan untuk hidup seperti Dia hidup. Yaitu hidup seturut kehendak Allah.

Ada yang tanya, Loh, kan beda, Yesus itu Tuhan sedangkan kita kan manusia?

Nggak juga lho, waktu Tuhan Yesus di dunia ini, dia itu juga 100% manusia. Ia tidak menggunakan hak keTuhanan nya untuk memper-"mudah" hidupnya. Dan lagian, Ia bilang kita juga harus "Hidup seperti Ia hidup" 1 Yoh 2:6. Masa kita tidak percaya sama Dia kalau itu berarti kita juga bisa hidup seperti Dia hidup?

Loh, kok keselamatan jadi susah sih? Bukannya tinggal terima Tuhan aja terus udah selamat (Roma 10:9-10)?

Ehm... kalau cuma ngomong terima Tuhan lalu selamat itu sangat simplified. Analoginya seperti orang commit di altar ketika menikah untuk menjadi suami yang baik. Apakah itu berarti ia sudah menjadi suami yang baik? Bukannya hidup tiap hari lah yang membuktikan ia suami yang baik?

Lagipula Tuhan suruh kita mengerjakan keselamatan (Filipi 2:9). Dan memang gak pernah dibilang di alkitab kalau keselamatan itu gampang (Berjuanglah melalui jalan sempit - Luk 13:23,24).

Satu lagi, waktu Paulus tulis seperti itu ke jemaat Roma (Roma 10:9-10), jemaat Roma itu bukan orang yang nyantai2 seperti orang Kristen saat ini. Di saat itu, kalau ada orang yang ngaku diri Kristen, ia harus siap :
1. Kehilangan kewarganegaraan.
2. Dibenci orang Yahudi: Kristen dianggap sekte sesat.
3. Dibenci pemerintah Romawi: Kaisar Nero bilang - satu hari nama Yesus akan dilupakan orang dan nama Nero akan berkibar.
4. Dibenci orang Romawi: orang Kristen difitnah oleh pemerintah Romawi katanya bakar kota, padahal pemerintah nya sendiri yang bakar kota Roma atas perintah Kaisar karena mau perluas istana.
Masih berpikir jadi Kristen itu gampang?

Jadi tujuan awal manusia dicipatkan adalah untuk menaklukan iblis. Ternyata Adam gagal, Tuhan Yesus menggantikan sebagai Adam kedua. Sekarang kita semua (orang Kristen) dimampukan seperti Tuhan Yesus untuk menaklukan iblis. Sampai jumlah orang-orang yang menaklukan iblis cukup, maka baru Tuhan Yesus akan datang kedua kali.

Menaklukan iblis itu seperti apa sih yang dimaksud, apakah dengan mengusir setan?

Bukan. Yang dimaksud menaklukkan iblis adalah dengan hidup bukan suka-suka kita, melainkan hidup sesuai keinginan Tuhan. Seperti Tuhan Yesus yang punya misi mati di kayu salib, dan Ia taat sampai mati. Kita juga harus taat seperti itu sama kehendak Tuhan dalam hidup kita. Kita belom ada apa-apanya dibanding Tuhan Yesus (Ibrani 12:4). Berapa banyak sih dari kita yang masih mikir keinginan diri sendiri dibanding keinginan Tuhan dalam hidupnya? (Jari menunjuk ke diri sendiri, :P).

Memangnya mungkin ya kita bisa mengetahui apa kehendak Tuhan, apalagi untuk melakukannya?

Jawabannya adalah: MUSTAHIL. Mustahil bagi manusia. Tapi apa yang mustahil bagi manusia, tidak mustahil bagi Tuhan (Luk 18:27). Dan itulah keselamatan, project mustahil. Mustahil bagi manusia. Mustahil dengan kekuatan sendiri. Mustahil dengan kekayaan sebesar gunung. Dan hanya oleh kasih karunia Tuhan sajalah bisa terjadi.

Jadi, masih berpikir jadi Kristen itu gampang???? (Pertanyaan ditujukan ke diri sendiri :P)

Saturday, February 23, 2013

Heaven and Hell don't exist!?!?


Last night when I was pondering upon God's word in Psalm 8, a question pops into my head (from one of Chrisye's songs), and it keeps me thinking. I can reflect back through my life and motivation of living a Christian life.

The question is : If Heaven and Hell do not exist, how would you lead your life?

The assumption is everything else is still the same. There would still be church, christian, God, Jesus, etc.

But can you take some time and think back:
1. If heaven and hell doesn't exist, would you accept Jesus into your life as your God and savior?
-- If you receive Him as your God, means He will rule over you. Would you still do that?
-- The alternative would be: you can do whatever things you want in this world.
2. Would you still come to church every week?
-- Even if you come to church every week, you won't get into the Heaven because there is no Heaven.
3. Would you still serve at church?
4. Would you still lead christian life (e.g.: integrity, honesty, love each other, love your enemy, etc.)?
5. Any other questions that can pop into your head.

These questions made me think deep, what is it that made me become a Christian. Or more precisely, what keeps me being Christian.

How about you? Would you still be a Christian if there are no Heaven or Hell?