Monday, November 7, 2011

Kasih Karunia


Kel 33:12-13
... Namun demikian Engkau berfirman: Aku mengenal namamu dan juga engkau mendapat kasih karunia di hadapan-Ku.
Maka sekarang, jika aku kiranya mendapat kasih karunia di hadapan-Mu, beritahukanlah kiranya jalan-Mu kepadaku, sehingga aku mengenal Engkau, supaya aku tetap mendapat kasih karunia di hadapan-Mu;...

Kita harus berhati-hati agar tidak memaknai kasih karunia dengan sikap hati yang salah. Adalah suatu kebenaran bahwa Yang Mahakuasa telah memberikan kasih karunia bagi orang-orang yang mempercayakan diri kepada-Nya. Musa dengan kasih karunia yang telah diterimanya, memiliki sikap hati yang benar di hadapan Tuhan. Ia meminta agar Tuhan menunjukkan jalan-Nya. Musa meminta agar ia dapat mengenal Tuhan lebih dalam lagi, agar ia tetap mendapat kasih karunia.

Dewasa ini orang menganggap bahwa kasih karunia yang telah mereka dapat tidak dapat hilang. Apabila pengertian tersebut benar, maka Musa tidak perlu mengucapkan kalimat "...supaya aku tetap mendapat kasih karunia di hadapan-Mu...". Tetapi bila Musa mengucapkan kalimat tersebut, berarti ia sadar bahwa kasih karunia yang telah ia miliki merupakan suatu harta berharga, dan sesungguhnya mungkin hilang bila ia tidak menjaganya.

Bangsa Israel baru saja berdosa besar kepada Tuhan. Mereka telah membuat patung lembu dan menyembahnya. Musa pun datang ke hadapan Tuhan dan berdoa syafaat untuk bangsa itu di hadapan Tuhan. Berkali-kali Musa berhasil meredakan kemarahan Tuhan karena kasih karunia ada pada Musa. Tetapi yang dilakukan Musa di akhir doa syafaat merupakan hal yang lebih berani lagi. Di ayat 18, ia meminta agar Tuhan memperlihatkan kemuliaan-Nya.

Kita lihat bagaimana jawaban Tuhan. Ayat 19, Tetapi firman-Nya: "Aku akan melewatkan segenap kegemilangan-Ku dari depanmu dan menyerukan nama TUHAN di depanmu. Aku akan memberi kasih karunia kepada siapa yang Kuberi kasih karunia dan mengasihani siapa yang Kukasihani." Jawaban Tuhan di revisi lagi di ayat 20. Ayat 20, Lagi firman-Nya: "Engkau tidak tahan memandang wajah-Ku, sebab tidak ada orang yang memandang Aku dapat hidup." Ternyata yang diminta Musa di ayat 18 adalah untuk meminta wajah Tuhan, dan sepertinya tidak mungkin bisa lihat. Tapi belum berakhir, karena di ayat 21-23 jawaban Tuhan direvisi lagi. Ayat 21-23, Berfirmanlah TUHAN: "Ada suatu tempat dekat-Ku, di mana engkau dapat berdiri di atas gunung batu; apabila kemuliaan-Ku lewat, maka Aku akan menempatkan engkau dalam lekuk gunung itu dan Aku akan menudungi engkau dengan tangan-Ku, sampai Aku berjalan lewat. Kemudian Aku akan menarik tangan-Ku dan engkau akan melihat belakang-Ku, tetapi wajah-Ku tidak akan kelihatan." Betapa kasih-Nya Tuhan kepada Musa, bahkan Ia merevisi jawaban-Nya dua kali dan akhirnya bersedia memperlihatkan diri-Nya (belakang-Nya) kepada Musa. Musa tau lebih dari siapapun keagungan Tuhan. Musa tau jelas bahwa ia pasti mati bila ia melihat Tuhan. Dalam rasa lapar rohani yang tidak tertahankan, Musa meminta hal yang impossible. Musa mempertaruhkan kasih karunia yang ia punyai agar dapat melihat Tuhan.

Apa yang kita lakukan dengan kasih karunia yang diberikan kepada kita? Apakah kita membiarkannya begitu saja? Apakah kita menggunakannya untuk kesenangan kita sendiri? Ataukah kita menggunakan kasih karunia untuk kesenangan-Nya?


No comments:

Post a Comment