Yes 40:29-31
29Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang tiada berdaya.
30Orang-orang muda menjadi lelah dan lesu dan teruna-teruna jatuh tersandung,
31tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah.
Hidup ini adalah sebuah lintasan lari, dan kita semua masing-masing adalah pelarinya. Tujuan akhir dari lari adalah Tuhan sendiri, dapat kita lambangkan sebagai matahari sore. Bedanya matahari ini tidak bergerak, dan tidak ada hari malam. Beberapa dari kita berlari untuk sesegera mungkin mencapai matahari itu, sementara yang lain hanya berjalan menuju matahari. Ada juga orang yang duduk-duduk berteduh di samping lintasan lari, hanya duduk ngobrol-ngobrol bahkan lupa bahwa sesungguhnya mereka harus lari untuk mencapai matahari.
Berlari mencapai matahari adalah sesuatu yang mustahil, tapi ada suatu hasrat yang kuat dari dalam diri kita untuk mencapainya. Berlari mencapai matahari juga panas terik, sehingga beberapa menjadi letih dan tidak lagi melanjutkannya.
Ada saat-saat dimana kita menjadi ter-encouraged, yaitu ketika kita melihat pelari lain dan bisa berlari bersama dia walau hanya sesaat. Sesama pelari, walaupun tidak mengenal sebelumnya, tapi ketika bersama memiliki passion yang sama, dapat merasakan suatu 'connection' khusus. Ketika kita share satu sama lain, terpancar energi dan passion yang sama. Marilah kita saling menularkan passion kita kepada pelari-pelari yang Tuhan tempatkan di sekitar kita.
Saat lain yang membuat kita semangat, adalah ketika kita melihat ada pelari lain yang menjadi semangat karena melihat kita berlari. Orang-orang itu adalah orang yang berhasil kita 'tularkan'. Orang-orang yang menjadi terinspirasi. Mereka mungkin adalah orang-orang yang ada di bawah pimpinan kita, atau sesama pelayan bersama kita, atau mungkin secara tidak sadar kita juga telah menularkan pada pemimpin kita. Apapun itu, bukankah kita harus lebih semangat lagi berlari, karena kita dapat menginspirasi satu sama lain?
Terkadang kita menjadi letih sehingga kita berteduh. Tapi berhati-hatilah supaya kita tidak terlalu lama berteduh. Lihatlah orang-orang yang tadinya berlari kencang, tapi sekarang tidak lagi berlari, mereka bukan cuma beristirahat tapi malah membuat rumah di samping lintasan. Mereka beralasan cukup saja berada di samping lintasan lari. Bukankah pada akhirnya tidak ada bedanya lari ataupun tidak lari?
Ketika kita berlari jangan lupa untuk makan dan minum untuk mengembalikan energi kita. Jika kita tidak mengisi energi kita maka kita akan menjadi mudah letih..
Ada juga orang-orang yang menolong pelari tapi mereka sendiri tidak berlari. Ingatkan mereka, tugas utama mereka adalah berlari, jika mereka tidak ikut berlari mereka akan tertinggal.. Ada juga pelari yang hanya mementingkan diri sendiri dan tidak membantu pelari di sampingnya yang sedang jatuh. Ingatkan juga bahwa bukankah kita pun berlari karena ada yang mengajak kita berlari pada awalnya?
Pada akhirnya bukanlah mencapai matahari yang penting, karena sesungguhnya tidak ada orang yang akan dapat mencapai matahari. Tetapi sang Pemberi kehidupan akan menilai segala sesuatu, dan para pelari akan mendapat upah sesuai dengan apa yang pantas diterimanya.
Ketika kita berlari, hendaklah kita berlari sekuat mungkin.
Ketika kita tidak bisa berlari, hendaklah kita berjalan secepat mungkin.
Ketika kita tidak lagi bisa berjalan, kita akan berdiri menghadap matahari.
Ketika kita tidak dapat lagi berdiri, kita akan duduk atau telentang dengan mata menatap matahari.
Engkaulah matahariku. Kesenanganku. Kerinduanku. Bawa aku lebih dekat lagi kepada-Mu...
Sunday, August 4, 2013
Ayo lari..
Saturday, June 1, 2013
Tujuan Hidup
Jika ada yang menanyakan kepada kita, untuk apa sih kita jadi orang Kristen? Apa tujuannya ke gereja, ikut pelayanan dsb? Atau lebih dalam lagi, apa yang menjadi tujuan hidup kita sebagai manusia? Apa yang akan jadi jawaban kita?
Is it simply supaya kita masuk surga, terhindar dari api neraka? Atau biar hidup kita di bumi ini diberkati, seperti di tulisan salah satu kaos.. Muda foya-foya, tua kaya-raya, mati masuk surga?
I can give you my insight, at least what I understand until today.
Bila ditanya apa tujuan kita jadi orang kristen, maka jawabannya adalah supaya kita bisa memenuhi tujuan Tuhan menciptakan kita.
Lalu apa tujuan kita (manusia secara umum) diciptakan Tuhan? Let's go back ke cerita penciptaan awal.
Ketika Tuhan menciptakan manusia pertama, Tuhan memberi perintah pertama: "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan TAKLUKKANlah itu, BERKUASAlah atas ..." Kej 1:28. Tuhan ingin agar manusia menaklukan bumi. Tapi yang ditaklukan bukan cuma alam fisik, melainkan juga alam non-fisik. Karena di bumi ini jauh sebelum manusia diciptakan, ada makhluk pemberontak non-fisik yang juga dilempar ke bumi. Hal yang menarik adalah, dari sekian besar alam semesta (ratusan milyar bintang di galaksi bima sakti, ratusan milyar galaksi di seluruh alam semesta), ternyata iblis dilempar ke bumi (satu planet di salah satu bintang di salah satu galaksi). Dan di planet itu juga diciptakan manusia. Hooo.. ternyata memang Tuhan merencanakan agar manusia clash sama iblis.
Faktor lain yang membuat sampai pada kesimpulan itu adalah pemikiran seperti ini.
Sampai ketika manusia diciptakan ada dua kemungkinan:
1. Tuhan merencanakan manusia (Adam dan Hawa) jatuh dalam dosa.
2. Tuhan tidak merencanakan manusia jatuh dalam dosa, dalam arti Tuhan merencanakan manusia untuk bisa menang dari dosa.
Jika kemungkinan pertama yang benar, maka Tuhan jahat terhadap manusia, karena manusia sudah diberi hukuman mati dari awal.
Sedang bila kemungkinan kedua yang benar, maka ada pertanyaan yang muncul. Jika manusia tidak jatuh dalam dosa, maka Yesus tidak perlu datang ke dunia. Dan jika Yesus tidak datang ke dunia, maka siapa yang mengalahkan iblis? Ternyata yang memiliki tanggung jawab untuk mengalahkan iblis adalah Adam.
Ok.. even kalau ide di atas belum bisa diterima, atau terkesan ide yang baru, kita lanjut ke pemikiran selanjutnya.
Kita asumsi bahwa manusia dirancang untuk mengalahkan iblis, lalu apa relevansinya dengan hidup kita saat ini? Hold this thought, akan dijawab di bawah, kita lanjut cerita penciptaan manusia.
Kita sama2 tahu bahwa manusia pertama ternyata gagal mengalahkan iblis, karena mereka ternyata makan buah pengetahuan yang baik dan jahat, melanggar perintah Tuhan. Mereka dihukum Tuhan, dan di Roma 3:23 dikatakan manusia semua telah berdosa (terjemahan dari bahasa yunani: meleset) dan kehilangan kemuliaan Allah.
Manusia gagal mencapai tujuan Allah menciptakan manusia.
The end? NO.
Yesus Kristus anak tunggal Allah datang save the day and change history. Dia yang adalah Allah Anak, Anak Tunggal Allah, menjadi manusia, benar2 manusia, lahir dan hidup di bumi ini. Dan dengan hidupnya, Yesus memberi contoh bagaimana hidup yang sebenarnya. Dengan ketaatannya, taat sampai mati di kayu salib, Dia memenuhi tujuan Allah bagi hidupnya. Dengan itu Tuhan Yesus mengalahkan iblis. Dia yang pertama mengalahkan iblis, maka Ia menjadi pokok keselamatan (Ibrani 5:9, author of salvation - bahasa sederhananya: kita selamat gara2 Dia). Dan Tuhan Yesus mengaruniakan kesempatan yang sama untuk kita semua. Itulah keselamatan, yaitu usaha Tuhan untuk mengembalikan manusia ke rancangan semula.
Dengan Tuhan Yesus mati di kayu salib, kita yang telah menerima-Nya, menerima Roh Kudus, dan dimampukan untuk hidup seperti Dia hidup. Yaitu hidup seturut kehendak Allah.
Ada yang tanya, Loh, kan beda, Yesus itu Tuhan sedangkan kita kan manusia?
Nggak juga lho, waktu Tuhan Yesus di dunia ini, dia itu juga 100% manusia. Ia tidak menggunakan hak keTuhanan nya untuk memper-"mudah" hidupnya. Dan lagian, Ia bilang kita juga harus "Hidup seperti Ia hidup" 1 Yoh 2:6. Masa kita tidak percaya sama Dia kalau itu berarti kita juga bisa hidup seperti Dia hidup?
Loh, kok keselamatan jadi susah sih? Bukannya tinggal terima Tuhan aja terus udah selamat (Roma 10:9-10)?
Ehm... kalau cuma ngomong terima Tuhan lalu selamat itu sangat simplified. Analoginya seperti orang commit di altar ketika menikah untuk menjadi suami yang baik. Apakah itu berarti ia sudah menjadi suami yang baik? Bukannya hidup tiap hari lah yang membuktikan ia suami yang baik?
Lagipula Tuhan suruh kita mengerjakan keselamatan (Filipi 2:9). Dan memang gak pernah dibilang di alkitab kalau keselamatan itu gampang (Berjuanglah melalui jalan sempit - Luk 13:23,24).
Satu lagi, waktu Paulus tulis seperti itu ke jemaat Roma (Roma 10:9-10), jemaat Roma itu bukan orang yang nyantai2 seperti orang Kristen saat ini. Di saat itu, kalau ada orang yang ngaku diri Kristen, ia harus siap :
1. Kehilangan kewarganegaraan.
2. Dibenci orang Yahudi: Kristen dianggap sekte sesat.
3. Dibenci pemerintah Romawi: Kaisar Nero bilang - satu hari nama Yesus akan dilupakan orang dan nama Nero akan berkibar.
4. Dibenci orang Romawi: orang Kristen difitnah oleh pemerintah Romawi katanya bakar kota, padahal pemerintah nya sendiri yang bakar kota Roma atas perintah Kaisar karena mau perluas istana.
Masih berpikir jadi Kristen itu gampang?
Jadi tujuan awal manusia dicipatkan adalah untuk menaklukan iblis. Ternyata Adam gagal, Tuhan Yesus menggantikan sebagai Adam kedua. Sekarang kita semua (orang Kristen) dimampukan seperti Tuhan Yesus untuk menaklukan iblis. Sampai jumlah orang-orang yang menaklukan iblis cukup, maka baru Tuhan Yesus akan datang kedua kali.
Menaklukan iblis itu seperti apa sih yang dimaksud, apakah dengan mengusir setan?
Bukan. Yang dimaksud menaklukkan iblis adalah dengan hidup bukan suka-suka kita, melainkan hidup sesuai keinginan Tuhan. Seperti Tuhan Yesus yang punya misi mati di kayu salib, dan Ia taat sampai mati. Kita juga harus taat seperti itu sama kehendak Tuhan dalam hidup kita. Kita belom ada apa-apanya dibanding Tuhan Yesus (Ibrani 12:4). Berapa banyak sih dari kita yang masih mikir keinginan diri sendiri dibanding keinginan Tuhan dalam hidupnya? (Jari menunjuk ke diri sendiri, :P).
Memangnya mungkin ya kita bisa mengetahui apa kehendak Tuhan, apalagi untuk melakukannya?
Jawabannya adalah: MUSTAHIL. Mustahil bagi manusia. Tapi apa yang mustahil bagi manusia, tidak mustahil bagi Tuhan (Luk 18:27). Dan itulah keselamatan, project mustahil. Mustahil bagi manusia. Mustahil dengan kekuatan sendiri. Mustahil dengan kekayaan sebesar gunung. Dan hanya oleh kasih karunia Tuhan sajalah bisa terjadi.
Jadi, masih berpikir jadi Kristen itu gampang???? (Pertanyaan ditujukan ke diri sendiri :P)
Saturday, February 23, 2013
Heaven and Hell don't exist!?!?
Last night when I was pondering upon God's word in Psalm 8, a question pops into my head (from one of Chrisye's songs), and it keeps me thinking. I can reflect back through my life and motivation of living a Christian life.
The question is : If Heaven and Hell do not exist, how would you lead your life?
The assumption is everything else is still the same. There would still be church, christian, God, Jesus, etc.
But can you take some time and think back:
1. If heaven and hell doesn't exist, would you accept Jesus into your life as your God and savior?
-- If you receive Him as your God, means He will rule over you. Would you still do that?
-- The alternative would be: you can do whatever things you want in this world.
2. Would you still come to church every week?
-- Even if you come to church every week, you won't get into the Heaven because there is no Heaven.
3. Would you still serve at church?
4. Would you still lead christian life (e.g.: integrity, honesty, love each other, love your enemy, etc.)?
5. Any other questions that can pop into your head.
These questions made me think deep, what is it that made me become a Christian. Or more precisely, what keeps me being Christian.
How about you? Would you still be a Christian if there are no Heaven or Hell?
Wednesday, September 26, 2012
Kanvas kehidupan
Hidup kita seperti kertas kanvas. Ketika kita menerima Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, kita diberikan selembar kertas kanvas putih dengan kuas dan cat kualitas terbaik. Setelah itu setiap kita diminta untuk melukis model yang ada di depan kita. Model itu adalah Tuhan Yesus sendiri. Seperti seorang artis, hasil gambar kita akan berbeda satu dengan yang lain. Picasso akan menggambar model menjadi kotak-kotak. Leonardo Da Vinci akan menggambar seperti Monalisa, dan seterusnya.
Tidak ada keharusan bagi kita untuk meniru model di depan kita. Apabila kita suka dengan pesawat terbang, mungkin kita dapat melukis gambar pesawat terbang sesuai dengan imajinasi kita. Bahkan tidak ada keharusan kita untuk melukis sama sekali. Seperti apapun hasilnya, akan ada satu waktu akhir dimana hasil gambar kita akan dinilai oleh Sang Hakim Adil. Kriteria penilaian nya akan berbeda satu sama lain. Yang diperhatikan adalah apakah hasil gambarnya sudah mirip dengan model yang diberikan.
Demikian juga dengan hidup kita. Kita "dibebaskan" untuk memilih jalan hidup kita masing-masing, melalui keputusan-keputusan setiap hari yang kita ambil. Tapi seperti setiap goresan kuas akan mendekatkan / menjauhkan diri kita dari model yang harus kita lukis, demikian juga setiap keputusan kita akan mendekatkan / menjauhkan hidup kita dari apa yang Tuhan mau.
Ada yang berkata, bukankah Allah adalah Allah yang baik dan berkuasa? Tentu hasil penilaiannya akan penuh dengan kasih karunia. Well, ingat juga bahwa Ia adalah Allah yang Adil dan Allah yang kudus. Bukankah itu berarti bahwa Ia tidak dapat berkompromi dengan dosa?
Pada akhir hidup kita, apakah kita sudah menggambar Tuhan Yesus pada kanvas hidup kita? Atau kita terlalu santai sehingga tidak menggambar apapun, atau malah menggambar hal-hal lain yang kita senangi?
Wednesday, September 19, 2012
Pengganggu Rencana
Terasa kesel ketika kita kerja dan disuruh masuk hari Sabtu untuk lembur (catatan - tidak dibayar alias sukarela alias kerja sosial). Memang sih kalau kita masih idealis, ada rasa loyalitas pada perusahaan, atau setidaknya pada project yang lagi kita handle untuk diselesaikan. Tapi kalau masuk lemburnya tidak berhubungan langsung untuk selesainya project yang kita kerjain, artinya ga gitu penting tapi tetep disuruh masuk, berasa makin kesel. Belom lagi kalau itu bakal kejadian beberapa Sabtu berturut-turut, udah kebayang deh hilangnya separoh weekend gw. Yang lebih kesel lagi adalah kalau ternyata di hari Sabtu itu kita udah punya rencana. Rasanya bukan cuma kesel tapi marah. Well, itulah yang gw rasakan hari ini..
Dengan masih menyisakan rasa kesel di hati, ketika aku sate tadi aku diingetin. Ada sesuatu yang ingin disampaikan oleh Dia. Dan aku tanya kepada-Nya apa yang ingin disampaikan. Hmm.. kira2 apa ya yang terjadi kalau tiba-tiba Tuhan mengganggu rencana hidup kita? I mean, kita punya rencana untuk hidup kita masing-masing. Ini dan itu. Rencana yang baik dan manusiawi tentunya. Misal, mau promosi, naik gaji, beli rumah, married, punya anak, liburan, dsb. Tapi gimana jika suatu saat Tuhan 'mengganggu' rencana kita? Apa yang jadi reaksi kita? Apakah masih kayak aku tadi yang marah? Apa kita bersedia meninggalkan rencana kita dan berkata "Ya, aku siap Tuhan"?
OMG, ga sopan banget sih aku. Memangnya aku pemilik hidupku sendiri? Kok bisa-bisa nya aku marah ketika pemilik diriku minta aku balik?
Yang lebih dalam lagi adalah, ternyata apapun rencana kita yang tidak sesuai dengan maunya Tuhan itu adalah dosa loh. Karena kita udah meleset dari rancangan Tuhan semula. Tapi sepertinya aku masih belom sampe level ini. Masih perlu terus dibentuk lagi..
Help me God to glorify You in all the places You have put me in.
Wednesday, August 29, 2012
Tujuan Keselamatan
Background saya adalah seorang programmer. Dari sudut pandang seorang programmer, bila saya membandingkan program yang saya buat ketika saya di kuliah dengan sekarang, maka saya dapat melihat perbedaannya, yaitu bahwa program yang saya buat sekarang lebih efektif ketimbang dulu. Setiap statement yang saya tulis memiliki maksud, setiap variable yang saya declare memiliki tujuan tertentu. Dan saya lah sebagai pembuat program yang dapat mengerti keseluruhan (baik secara umum maupun secara detil) maksud dan tujuan dari setiap variable dan setiap statement yang saya tulis.
Demikian juga yang saya dapat tangkap dari hakikat Tuhan. Bahwa setiap apa yang Ia ciptakan, dalam hal ini manusia, memiliki maksud tertentu. Juga setiap situasi dan peristiwa yang dialami oleh setiap manusia memiliki andil dalam tujuan besar yang telah ditetapkan-Nya. Disinilah letak kedalaman hikmat-Nya, dan betapa dangkalnya pengertian manusia.
Bila kita melihat anugrah keselamatan yang dikerjakan oleh Tuhan Yesus, maka adalah tidak logis apabila sesuatu yang sedahsyat itu tidak memiliki maksud dalam hidup manusia. Sesungguhnya adalah bijak apabila manusia merenungkan apa maksud dari anugrah keselamatan yang diberikan kepadanya.
Secara dangkal, kita percaya bahwa anugrah keselamatan akan membawa kita pada hidup kekal. Maksudnya adalah ketika kita meninggal kelak, kita akan masuk sorga. Tetapi apakah hanya itu maksud keselamatan? Apakah ada tujuan dari anugrah keselamatan bagi hidup kita saat ini?
Rom 8:28-29
Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah. Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara.
Rom 12:1-2
Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati. Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.
Ibr 12:1-3
Karena kita mempunyai banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita, marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita. Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah.
Dari ketiga ayat di atas, dapat kita ambil beberapa maksud dari anugrah keselamatan yang diberikan bagi manusia dalam hidup kita saat ini.
1. Supaya kita menjadi serupa dengan gambaran anak-Nya.
2. Supaya kita dapat membedakan mana kehendak Allah yang sempurna.
3. Supaya iman kita menjadi sempurna.
Setelah kita mengetahui hal tersebut, maka adalah satu hal bila kita bersyukur akan anugrah keselamatan yang kita terima. Itu adalah hal yang baik dan patut kita lakukan. Tapi jangan lupakan bahwa di balik anugrah keselamatan yang kita terima, terdapat tanggung jawab kita untuk menggenapi maksud Tuhan dalam hidup kita. Dan di situ terletak free will dari manusia itu sendiri, artinya manusia itulah yang memutuskan apakah ia mau mengikut maksud Tuhan untuk dirinya, ataukah ia hanya ingin mengikuti keinginan dirinya.
Bagaimana kita bisa tau apakah ini maksud Tuhan, atau ini mengikuti keinginan diri kita sendiri? Hmm.. bila ada kesempatan mungkin akan dibahas di post lain.
Gunakan free will kita untuk maksud yang benar ya..
Wednesday, March 7, 2012
Feed my sheep
"Apakah engkau mengasihi aku?" tanya Yesus kepada Petrus ketika mereka sedang bicara berdua (Yoh 21:15-19). Petrus menjawabnya, "Benar Tuhan. Engkau tahu bahwa aku mengasihi engkau". Lalu Tuhan berkata "Gembalakanlah domba-dombaku (Feed my sheep)"
Pertanyaan ini diulang sampai tiga kali. Dan hal itu menyakitkan hati Petrus. Ia menjawabnya dengan sedih hati. "Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau". Untuk ketiga kalinya Tuhan Yesus menjawab Petrus "Feed my sheep".
Petrus memiliki reaksi yang berbeda beberapa hari sebelumnya. Ia menjawab dengan penuh emosi "Tuhan, aku bersedia masuk penjara dan mati bersama-sama dengan Engkau!" (Luk 22:33). Tapi saat itu ia belum sepenuhnya mengasihi Tuhan. Ketika Petrus ditanya untuk ketiga kalinya, barulah ia sadar seberapa dalamnya ia mengasihi Tuhan.
Setelah ia menyadari seberapa dalam kasihnya, Tuhan memberikan perintah pada Petrus untuk memberi makan (feed) domba-dombaNya. Ini bukan ajakan. Ini adalah perintah yang diberikan hanya pada orang-orang yang mengasihi Tuhan. Awalnya aku berpikir bahwa maksudnya memberi makan adalah dengan memberi makan Firman. Tetapi ada yang lebih dalam dari itu, memberi makan adalah dengan memberikan diri kepada domba-dombaNya. Menjadi roti yang terpecah dan anggur yang tercurah. Itu adalah panggilan yang tertinggi. Untuk berkorban demi keselamatan orang lain. Demikian juga panggilan kita masing-masing.
Berikut adalah quote dari devotion yang ditulis oleh Oswald Chambers
We each have to find a niche in life, and spiritually we find it when we receive a ministry from the Lord. To do this we must have close fellowship with Jesus and must know Him as more than our personal Savior. And we must be willing to experience the full impact of Acts 9:16 - "I will show him how many things he must suffer for My name's sake"
I pray that I can found out my niche and my ministry from the Lord. And you can found out yours as well. If you have, let's be reminded and be persistent in doing that. Let us keep our persistence in knowing and chasing Him.
Subscribe to:
Posts (Atom)