Friday, May 6, 2011

Anak laki-laki dan Seorang Maestro


September 20th, 2010 by jo2

Alkisah di abad ke 18, ada seorang anak laki-laki berusia 9 tahun di sebuah kota kecil di Perancis yang gemar bermain piano. Anak ini telah berhasil mempelajari sebuah lagu anak-anak sederhana dan sangat senang sekali karena ibunya telah berjanji untuk membawanya ke konser seorang maestro piano terkenal yang akan pentas di kota tersebut.Konser pun tibalah. Sang anak melihat sebuah grand piano berada di atas panggung, dan semua penonton telah duduk di tempat masing-masing. Tanpa seizin sang ibu, si anak laki-laki dengan antusias berlari ke atas panggung, kemudian dia duduk dan mulai menekan-nekan tuts sesuai dengan lagu piano yang dikuasainya. Si maestro saat itu sedang bersiap di balik tirai di samping panggung. Ketika para petugas ingin mengusir anak itu turun,ia memberi tanda kepada mereka untuk membiarkan anak itu.
Kemudian dengan langkah agung si maestro maju ke tengah panggung, duduk di samping anak itu, dan berbisik sesuatu kepadanya. Si anak lalu tersenyum senang sekali. Para penonton berbisik-bisik menebak apa yang dikatakan si maestro pada anak laki-laki itu. Anak itu kembali menekan tuts piano sesuai dengan lagu yang dikuasainya. Kali ini sang maestro pun turut memainkan nada mengiringi lagu yang dimainkan anak itu. Para penonton pun mulai mengerti apa yang sedang terjadi. Walaupun sang maestro memainkan jauh lebih banyak kombinasi nada yang rumit ketimbang anak itu, tetapi para penonton masih dapat mendengar bunyi asli nada tuts yang ditekan oleh anak laki-laki itu. Dan walaupun terkadang ada nada yang salah atau telat atau terlalu cepat, tetapi sang maestro dengan segala kehandalannya dapat menutupi kesalahan tersebut. Seluruh penonton mengagumi kehebatan sang maestro, dan ketika lagu selesai dimainkan, seluruh penonton memberikan standing ovation.
Para wartawan yang meliput acara ini kemudian bertanya kepada anak laki-laki tersebut tentang apa yg dibisikkan oleh sang maestro. Mengira bahwa ia diberi tips khusus oleh sang maestro, anak laki-laki ini hanya tersenyum dan berkata, "Oh tidak. Bapak itu hanya berkata agar saya melakukan lagu itu lagi sebaik yang saya bisa."
Kehidupan kita adalah seperti lagu yang dimainkan, dan kita adalah anak laki-laki kecil itu. Sekarang bersediakah kita memberi tempat kepada Maestro agung untuk turut campur dalam kehidupan kita?
Based on lupa-baca-dimana.

No comments:

Post a Comment